Pantai Karang Agung menawarkan hamparan pasir hitam yang ditimpa oleh
bebatuan kerikil berbulat-bulat. Di seberangnya terdapat serak-serak bebatuan
karang yang selayak jalur penghubung daratan pantai dengan Karang Agung. Ombak
akan bersemangat memeluk pantai melalui dua arah dengan mengelilingi Karang
Agung. Tapi, jangan pernah remehkan sang ombak karena mereka terbiasa melompati
bebatuan karang sekalipun 1,5 meter tingginya.
Catatan:
Tatkala berjalan ke arah selatan, saya berjumpa dengan muara dari sungai
kecil yang dalam mengukir lembah karst dan merayapi bebatuan hitam. Air tetap
mengalir lancar meski saat itu sedang puncak musim kering. Makin ke selatan,
saya dihadapkan pada karang hitam yang langsung ditindihi oleh lereng bukit
beralas rumput dan pepohonan jati. Dari balik bukit pembatas selatan ini,
sesekali muncul perahu nelayan yang tampaknya akan pulang menuju TPI Pedalen
untuk bersiap menunaikan ibadah sholat Jumat.
Jujur dalam benak saya, wujud Karang Agung tampak seperti Batu Layar ikon Pantai
Sawarna, Banten ataupun Watu Ulo tengara Pantai Papuma, Jember. Bahkan ada yang
menyebut Karang Agung semacam Tanah Lot nya Kebumen. Dibandingkan pantai-pantai
tersebut, jelas Karang Agung sangat jauh lebih tak terkenal. Saya yakin orang
Kebumen saja jika melihat Karang Agung pasti akan langsung kaget kalau ternyata
ada lanskap batu berkarang lancip yang ditumbuhi pepohonan liar di lepas pantai
di Kabupaten Kebumen.
Bagi warga setempat, Karang Agung menjadi pantai yang cukup dikeramatkan.
Terdapat sebuah batu karang di sisi sebelah utara pantai yang difungsikan
sebagai tempat pertapaan. Di belakang batu pertapaan itu terdapat dua buah goa
yang saya perkirakan menjadi muara sungai bawah tanah. Goa ini seperti ceruk
yang mana ombak-ombak akan masuk ke dalam goa. Saya juga menemukan bekas sesaji
di tepi Pantai Karang Agung yang berisi ubo
rampe bunga dan hasil bumi.
Disinilah Batu Pertapaan Pantai Karang Agung |
“Oh, kemarin hari Selasa Kliwon masyarakat Argopeni
melaksanakan tradisi Sedekah Laut. Sesaji itu merupakan bekas Sedekah
Laut.” ungkap Ibu penjaga warung yang
menjadi tempat penitipan motor.
Pantai Karang Agung sepertinya menjadi
pantai yang sengaja ‘disembunyikan’ oleh deretan bukit-bukit karst Gombong
Selatan. Ia terselinap sunyi pada lekuk kecil perbukitan yang dikelililingi
oleh rimbunnya hutan jati milik Perhutani. Dari tempat penitipan motor, harus berjalan menyusuri setapak tanah yang jarang dirambah. Terlihat
rimbunan daun jati mesra menutupi jalanan yang lebarnya tak sampai satu meter. Kami
butuh setengah jam berjalan kaki naik turun bukit. Itu pun kami harus berjalan
cepat.
Saya rasa kehadiran paling agung di Pantai Karang Agung adalah pada saat
menyongsong mentari pulang ke pelukan malam. Pantai yang menakjubkan ini
menghadap tepat ke arah barat. Pandangan lepas berbatas cakrawala samudera
dengan hiasan keanggunan Karang Agung akan menjadi bingkisan terbaik menikmati sebuah momen baskara terbenam. Terlebih bagi
pemburu foto long exposure, Karang
Agung bisa menjadi ruang terbaik untuk mengabadikan senja kaya warna beserta air
memutih yang halus menyelinap di antara karang-karang kecil yang bertebaran.
Catatan:
- Jika tertarik berpetualang ke Pantai Karang Agung, saya lebih baik sarankan untuk terlebih dulu menuju ke Desa Argopeni, Kecamatan Ayah, Kebumen. Desa ini dilintasi jalur pesisir Yogyakarta –Cilacap ( Jl Daendels) yang membelah kawasan karst Gombong Selatan. Sesampai di Desa Argopeni, tanyalah kepada warga setempat. Mereka akan dengan senang hati menunjukkan ‘pintu masuk’ jalan setapak dari tepi jalan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
4 comments
Mantap banget ini om pantainya sangat cocok buat tempat wisata disaat liburan
betul mas Marda dan masih alami
terimakasih infonya,, sangat membantu... kami dari tim acara plesiran ratih tv kebumen rencana akan mengeksplore pantai ini,,,
sipz buat RATIH TV Kebumen, saya tunggu liputannya